LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI
DASAR
“PERSILANGAN
SATU DAN DUA SIFAT BEDA”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata
Kuliah
Biologi Dasar Persilangan Satu Dan Dua Sifat Beda Pada
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Oleh:
ALI MUSTOPO
60700115063
LABORATORIUM
PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bidang Sains yang
mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya,
serta hereditas dan variasi herediter disebut genetika. Genetika berasal dati
bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan tentang adanya
sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang. hanya belum
dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat
baru diketahui pada abad ke-19 oleh ilmuan Australia Gregor Johann Mendel
(1822-1884) yang dalam percobaannya
menggunakan biji kapri.
Ilmu
pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan Gregor Mendel tentang ciri-ciri faktor
keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi
kegenarasi berikutnya yang disebut unit genetik atau gen yaitu bahan yang
mempunyai persyaratan antara lain diwariskan dari generasi ke generasi dimana
keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut, selain itu juga
membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan sifat-sifat biologi
lain.
Setiap mahkluk hidup memiliki sifat yang berbeda-beda.
Hal ini tergantung dari gen yang diturunkan oleh orang tuanya. Dalam materi
genetika atau pewarisan sifat ditemui adanya kromosom.
Pada
setiap proses perkawinan, tidak semua sifat yang ada pada induk atau orangtua
mewariskan kepada anak-anaknya. Misalnya, apabila salah satu induk memiliki
rambut ikal (keriting) maka tidak semua anak akan memiliki rambut keriting. Hal
ini karena sifat yang diwariskan berasal dari kedua orangtua, bukan hanya satu.
Berdasarkan
uaraian diatas, hal inilah yang melatar belakangi kami untuk dilakukannya
percobaan persilangan satu dan dua sifat beda, agar dapat mengetahui
persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:
1. Bagaimana cara memahami
percobaan persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model?
2. Bagaimana hasil
keturunan setelah dilakukan persilangan pada satu dan dua sifat beda
C.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Untuk
mengetahui persilangan
satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
2. Untuk
mengetahui keturunan atau hasil anakan setelah dilakukan persialngan pada satu
dan dua sifat beda.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Gambaran Umum
Penelitian mengenai pola-pola
penurunan sifat baru diketahui pada abad ke 19 oleh mendel Hukum mendel disebut juga hukum segregasi atau
pemisahan gen-gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki
dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut
terpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat.
Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk
mengandung dua alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut
sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari
generasi ke generasi (Campbell, 2008).
Sebelum mendel melakukan percobaan penyilangan pada
tanaman kapri (Pisum sativum) para
ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan yang berkesinambungan,
yang membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi mereka tidak melakukan
percobaan seperti yang dilakukan oleh mendel dan disamping itu peralatan ilmiah
yang dapat dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada (Pratiwi, 2004).
Konsep
tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh mendel sebagai faktor
dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri belim mengetahui
bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya menyebutkan sebagai
factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal
dari suku terakhir pangen yaitu
istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian dikemukakan pada
pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di
Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut
keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika di kenal
istilah persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip
maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori
kemungkinan (Pratiwi, 2004).
B.
Gambaran Khusus
Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara
implisit oleh mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan
sifat. Ia sendiri belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan
tersebut dan hanya menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh
W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil
penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh
perhimpunan pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan
disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan
Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan
memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui
perhitungan menurut teori kemungkinan (Ahmad Abubakar, 2006).
Penurunan
sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula sebagai pewarisan sifat atau
dikenal juga dengan sebuatan hereditas
Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang kulit bijinya putih (Winarmi, 2009).
Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang kulit bijinya putih (Winarmi, 2009).
Alasan
Mendel menggunakan kacang kapri dalam percobaannya karena Dapat melakukan penyerbukan sendiri
(autogami). Tumbuhan yang melakukan penyerbukan sendiri cenderung mmiliki sifat
yang tetap (konstan), sedangkan yang melakukan penyerbukan silang memiliki
banyak variasi, Mudah dilakukan penyerbukan silang, dengan jalan mengambil
serbuk sari dari tumbuhan yang satu diletakkan di kepala putik tumbuhan kacang
kapri lain. Cepat menghasilkan keturunan.
Mempunyai keturunan yang banyak. Antarvarietas kacang kapri memiliki pasangan sifat beda
yang kontras. Proses pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya berlangsung menurut aturan tertentu. Aturan itu dikenal
sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip hereditas. Prinsip-prinsip
hereditas disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2009).
Persilangan Monohibrid Dalam Ilmu Genetika persilangan monohibrid
ditentukan oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan
gamet (Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegregasikan ke dalam sel anakan. Gen yang
terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen
sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke satu gamet. Hal ini dikenal juga
dengan Hukum I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Genes)
(Zaifbio, 2010).
Berbeda
dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda, maka
persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua
sifat beda. Ciri-ciri persilangan Dihibrid : Persilangan dengan memperhatikan
dua sifat beda, Jumlah Gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n),
Fenotip individu ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16
variasi genotip pada F2, 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum),7
sifat kontras yang dimiliki ercis (Zaifbio, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan
Tempat
Adapun waktu dan
tempat dilaksanakannya praktikum yaitu
pada hari Rabu, tanggal 24 September 2015, Pukul
16.00-18.00 WITA, dan bertempat di
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan
Bahan
1. Alat
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah 2 saku baju.
2. Bahan
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a.
Untuk persilangan monohibrid dibutuhkan 24 buah kancing
genetika yaitu kancing berwarna merah 12 buah dan kancing berwarna putih 12
buah.
b.
Dan untuk persilangan
dihibrid dibutuhkan 16 buah kancing genetika yaitu warna merah 4 biji, warna
hitam 4 biji, warna putih 4 biji, dan warna
hijau 4 biji.
C. Prosedur kerja
1.
Persilangan Monohibrid
a)
Menyiapkan alat dan bahan
b)
Mengambil kancing genetika rwarna merah 12 biji dan
warna putih 12 biji.
c)
Kemudian warna kancing tersebut dicampurkan dan di
masukkan dalam saku baju
yang berbeda.
d)
Mengambil 2 biji kancing genetika secara bersamaan
tanpa dilihat lalu diletakkan
diatas meja.
e)
Melihat hasilnya.
f)
Mengulangi proses 10 kali hingga mendapatkan data 10
tabel pengamatan.
2.
Persilangan Dihibrid
a)
Menyiapkan alat dan bahan.
b)
Mengambil kancing berwarna merah sebanyak 9 biji,
warna hitam biji, warna putih biji, dan warna hijau biji.
c)
Kemudian semua kancing genetika dimasukkan kedalam saku baju secara bersamaan lalu dikocok agar tercampur.
d) Memasukkan
tangan kedalam saku baju lalu mengambil kancing genetika sebanyak 2 biji secara
bersamaan dan meletakka diatas meja.
e)
Melihat hasilnya dan melakukannya sebanyak 16 kali pengambilan.
Diagram
Alir Percobaan
|
![]() |
Kancing Genetika
|

|
|||||||
![]() |
|||||||
|
|||||||
![]() |
|||||||
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Persilangan Monohibrid
a. Tabel Pengamatan
Tabel 1:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
ü
|
|
|
4
|
|
|
ü
|
5
|
|
|
ü
|
6
|
|
ü
|
|
7
|
ü
|
|
|
8
|
|
ü
|
|
9
|
ü
|
|
|
10
|
|
|
ü
|
11
|
|
|
ü
|
12
|
ü
|
|
|
Frekuensi
|
4
|
4
|
4
|
Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 2:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
|
ü
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
|
ü
|
5
|
ü
|
|
|
6
|
ü
|
|
|
7
|
ü
|
|
|
8
|
|
|
ü
|
9
|
|
ü
|
|
10
|
ü
|
|
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
|
|
ü
|
Frekuensi
|
4
|
4
|
4
|
Sumber
:Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 3:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
|
ü
|
3
|
ü
|
|
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
|
|
ü
|
6
|
ü
|
|
|
7
|
|
|
ü
|
8
|
|
ü
|
|
9
|
|
ü
|
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
ü
|
|
|
Frekuensi
|
3
|
6
|
3
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar 2015
Tabel 4:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
ü
|
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
|
ü
|
5
|
|
ü
|
|
6
|
ü
|
|
|
7
|
|
ü
|
|
8
|
|
|
ü
|
9
|
|
ü
|
|
10
|
|
|
ü
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
ü
|
|
|
Frekuensi
|
3
|
6
|
3
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri
Alauddin Makassar 2015.
Tabel 5:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
ü
|
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
|
|
ü
|
6
|
|
ü
|
|
7
|
|
ü
|
|
8
|
|
|
ü
|
9
|
ü
|
|
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
|
ü
|
|
Frekuensi
|
2
|
8
|
2
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 6:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
|
ü
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
|
ü
|
5
|
ü
|
|
|
6
|
|
ü
|
|
7
|
|
ü
|
|
8
|
|
|
ü
|
9
|
ü
|
|
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
ü
|
|
|
12
|
|
ü
|
|
Frekuensi
|
3
|
6
|
3
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 7:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
|
ü
|
|
6
|
|
ü
|
|
7
|
|
ü
|
|
8
|
|
ü
|
|
9
|
|
ü
|
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
|
ü
|
|
Frekuensi
|
0
|
12
|
0
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015.
Tabel 8:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
ü
|
|
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
ü
|
|
|
6
|
|
ü
|
|
7
|
|
|
ü
|
8
|
|
ü
|
|
9
|
|
ü
|
|
10
|
|
|
ü
|
11
|
|
ü
|
|
12
|
|
ü
|
|
Frekuensi
|
2
|
8
|
2
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 9:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
ü
|
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
|
ü
|
|
6
|
|
|
ü
|
7
|
|
ü
|
|
8
|
|
ü
|
|
9
|
|
|
ü
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
ü
|
|
|
12
|
ü
|
|
|
Frekuensi
|
2
|
8
|
2
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel 10:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
|
ü
|
|
2
|
|
ü
|
|
3
|
|
|
ü
|
4
|
|
ü
|
|
5
|
ü
|
|
|
6
|
|
|
ü
|
7
|
ü
|
|
|
8
|
|
|
ü
|
9
|
ü
|
|
|
10
|
|
ü
|
|
11
|
ü
|
|
|
12
|
|
|
ü
|
Frekuensi
|
4
|
4
|
4
|
Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
Tabel Frekuensi:
Pengambilan
|
Hasil Pengambilan
|
||
Merah-
Merah
(MM)
|
Merah-Putih
(Mm)
|
Putih-Putih
(mm)
|
|
1
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
6
|
3
|
4
|
3
|
6
|
3
|
5
|
2
|
8
|
2
|
6
|
3
|
6
|
3
|
7
|
0
|
12
|
0
|
8
|
2
|
8
|
2
|
9
|
2
|
8
|
2
|
10
|
4
|
4
|
4
|
Frekuensi
|
27
|
66
|
27
|
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas
Islam Negri Alauddin Makassar
2.
Persilangan Dihibrid
a.Tabel Pengamatan:
Pengambilan
|
Hasil
Pengambilan
|
|||
Merah Hitam
(MB)
|
Merah Hijau
(Mb)
|
Putih Hitam
(mB)
|
Putih Hijau
(mb)
|
|
1
|
|
|
ü
|
|
2
|
|
|
|
ü
|
3
|
ü
|
|
|
|
4
|
|
ü
|
|
|
5
|
|
|
|
ü
|
6
|
|
|
ü
|
|
7
|
|
|
ü
|
|
8
|
|
ü
|
|
|
9
|
ü
|
|
|
|
10
|
|
|
|
ü
|
11
|
|
ü
|
|
|
12
|
|
|
|
ü
|
13
|
ü
|
|
|
|
14
|
|
|
ü
|
|
15
|
|
ü
|
|
|
16
|
ü
|
|
|
|
Frekuensi
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Sumber :
Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri
Alauddin Makassar 201.
B. Analisis
Data
1.
Persilangan
Monohibrid
Monohibrid = 

= 

= 

a. Merah-Merah (MM)
MM
=
x100 % = 22,5 %

b.
Merah-Putih (Mm)
Mm
=
x 100 %
= 55 %

c.
Putih-Putih (mm)
mm =
x 100 %
=22,5%

Jadi perbandingannya adalah 22,5%
: 55% :
22,5%
2.
Persilangan
Dihibrid
Dihibrid
= 

=


a.
Merah - Hitam (MB) =
x 100 %
= 25 %

b.
Merah - Hijau (Mb) =
x
00 % = 25 %


c.
Putih - Hitam (Mb) =
x 100 %
= 25 %

d.
Putih - Hijau (mb) =
x 100 %
= 25 %

Jadi
perbandingannya adalah 25% : 25%
: 25%
: 25%
B.
Pembahasan
Persilangan monohibrid
yaitu persilangan satu sifat beda dengan menggunakan kancing sebanyak 24 buah
yaitu kancing berwarna merah 12 biji, kancing berwarna putih 12 biji. Dan kancing berwarna merah-merah (MM), merah
putih (Mm) dan putih-putih (mm) dengan perbandingan frekuensi 22,5% : 50% :
22,5%.
Telah
diketahui bahwa ada pasangan gen pada kromosom homolognya yang berpengaruh
terhadap suatu sifat. Dari percobaan Monohibrid, dapat dirumuskan bahwa suatu hipotesis
bahwa sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara bebas atau dikenal
dengan Hukum I Mendel.
Persilangan
dihibrid merupakan persilangan
yang menggunakan dua tanda beda atau dua pasangan kromosom yang berbeda. Suatu
sifat dari organisme tidak hanya diturunkan melalui satu jenis alel saja,
tetapi beberapa sifat juga dapat diturunkan oleh beberapa alel secara
bersamaan.
Berdasarkan hasil percobaan dihibrid diperoleh
perbadingan dengan persentase 25% : 25% : 25% : 25%. Dari percobaan kedua ini, diketahui
bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat
dengan sifat yang lainnya sehingga bisa dinamakan hukum pemisahan secara bebas atau disebut Hukum
II Mendel. Jika terdapat dua individu berbeda dalam dua sifat atau
lebih maka sifat yang satu akan diturunkan tidak bergantung pada pasangan sifat
lainnya.
Ciri-ciri persilangan
Dihibrid ialah, Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda, Jumlah Gamet
yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n), Fenotip individu ditentukan
oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7
sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum),7 sifat kontras yang dimiliki
ercis.
Persilangan Monohibrid Pada persilangan monohibrid yang diperhatikan hanya satu
sifat beda, namun dominasi dari sifat gen sangat menentukan untuk kemunculan
sifat pada setiap individu (fenotip). Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan
tentang istilah-istilah dalam persilangan, ciri-ciri dari persilangan
monohibrid dominan-resesif dan intermedier, macam-macam gamet, dan bagaimana
proses persilangan monohibrid seperti yang dilakukan oleh Mendel sehingga
diperoleh prinsip-prinsip dalam persila
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persilangan dihibrid Berbeda dengan
persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda, Sedangakan
persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua
sifat beda.
Berdasarkan percobaan pada persilangan Monohibrid
telah diperoleh keturunan dengan perbandingan 22,5% : 50% : 22,5%. Persilangan
Monohibrid terpaut pada hukum Mandel I
yang mengatakan bahwa sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara
bebas.
Sedangkan pada percobaan Dihibrid diperoleh hasil
dengan perbandingan persentaese 25% : 25% : 25% : 25%. Persilangan Dihibrid
terpaut dengan Hukum Mandel II yang
mngatakan bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak
terikat dengan sifat yang lainnya.
B.
Saran
Sebaiknya bahan
praktikum tidak hanya menggunakan kancing saja, tetapi bisa langsung mengawin
silangkan tanaman yang asli, agar mahasiswa benar-benar memahami persilangan dybibrid
dan monohibrid.
DAFTAR PUSTAKA
Cindy,
2012. Biologi Dasar. http://justcindy2/wardpress.com
( 14 oktober 2014).
Pratiwi, dkk. 20014. Pewarisan Sifat. Jakarta: Erlangga.
Sugiri, 2012. Biologi Dasar. Bogor: Tiga Serangkai.
Tim Dosen, 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Makassar: UIN Alauddin
Makassar.
Winarni, susi. 2013. Pewarisan Sifat.
Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
Zaifbio, 2010. biologi online blog
pendidikan biologi. http:// Pewarisan
Sifat-
biologi-online.html.
diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar