Rabu, 03 Februari 2016

praktikum biologi 5 persilangan satu dan dua sifat beda



LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA”

uin hitput.jpg



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah
Biologi Dasar Persilangan Satu Dan Dua Sifat Beda Pada
               Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan
          Teknologi Universitas Islam Negeri
       Alauddin Makassar


Oleh:


ALI  MUSTOPO
60700115063


LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Bidang Sains yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya, serta hereditas dan variasi herediter disebut genetika. Genetika berasal dati bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang. hanya belum dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh ilmuan Australia Gregor Johann Mendel (1822-1884)  yang dalam percobaannya menggunakan biji kapri.
Ilmu pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan  Gregor Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi kegenarasi berikutnya yang disebut unit genetik atau gen yaitu bahan yang mempunyai persyaratan antara lain diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut, selain itu juga membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan sifat-sifat biologi lain.     
Setiap mahkluk hidup memiliki sifat yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari gen yang diturunkan oleh orang tuanya. Dalam materi genetika atau pewarisan sifat ditemui adanya kromosom.



Pada setiap proses perkawinan, tidak semua sifat yang ada pada induk atau orangtua mewariskan kepada anak-anaknya. Misalnya, apabila salah satu induk memiliki rambut ikal (keriting) maka tidak semua anak akan memiliki rambut keriting. Hal ini karena sifat yang diwariskan berasal dari kedua orangtua, bukan hanya satu.
Berdasarkan uaraian diatas, hal inilah yang melatar belakangi kami untuk dilakukannya percobaan persilangan satu dan dua sifat beda, agar dapat mengetahui persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
B.     Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:
1.    Bagaimana cara memahami percobaan persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model?
2.    Bagaimana hasil keturunan setelah dilakukan persilangan pada satu dan dua sifat beda
C.     Tujuan Praktikum
                 Adapun  tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1.    Untuk mengetahui persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
2.    Untuk mengetahui keturunan atau hasil anakan setelah dilakukan persialngan pada satu dan dua sifat beda.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Gambaran Umum
              Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke 19 oleh mendel Hukum mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi (Campbell, 2008).
Sebelum mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri (Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan yang berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada (Pratiwi, 2004).
                 Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori kemungkinan (Pratiwi, 2004).
B. Gambaran Khusus
Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori kemungkinan (Ahmad Abubakar, 2006).

Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula sebagai pewarisan sifat atau dikenal juga dengan sebuatan hereditas
Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang kulit bijinya putih (Winarmi, 2009).
Alasan Mendel menggunakan kacang kapri dalam percobaannya karena  Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan penyerbukan sendiri cenderung mmiliki sifat yang tetap (konstan), sedangkan yang melakukan penyerbukan silang memiliki banyak variasi, Mudah dilakukan penyerbukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari dari tumbuhan yang satu diletakkan di kepala putik tumbuhan kacang kapri lain. Cepat menghasilkan keturunan. Mempunyai keturunan yang banyak. Antarvarietas kacang kapri memiliki pasangan sifat beda yang kontras. Proses pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya berlangsung menurut aturan tertentu. Aturan itu dikenal sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip hereditas. Prinsip-prinsip hereditas disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2009).
Persilangan Monohibrid Dalam Ilmu Genetika  persilangan monohibrid ditentukan oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan gamet (Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam sel anakan. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke satu gamet. Hal ini dikenal juga dengan Hukum  I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Genes) (Zaifbio, 2010).
Berbeda dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda, maka persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua sifat beda. Ciri-ciri persilangan Dihibrid : Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda, Jumlah Gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n), Fenotip individu ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum),7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Zaifbio, 2010).















BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
            Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu  pada  hari  Rabu, tanggal 24 September 2015, Pukul 16.00-18.00 WITA, dan bertempat di  Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B.  Alat dan Bahan
    1.  Alat
              Adapun   alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 2 saku baju.
       2.  Bahan
 Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a.         Untuk persilangan monohibrid dibutuhkan 24 buah kancing genetika yaitu kancing berwarna merah 12 buah dan kancing berwarna putih 12 buah.
b.        Dan untuk persilangan dihibrid dibutuhkan 16 buah kancing genetika yaitu warna merah 4 biji, warna hitam 4 biji, warna putih 4 biji, dan warna hijau 4 biji.






C.       Prosedur kerja
1.    Persilangan Monohibrid
a)        Menyiapkan alat dan bahan
b)        Mengambil kancing genetika rwarna merah 12 biji dan warna putih 12 biji.
c)        Kemudian warna kancing tersebut dicampurkan dan di masukkan dalam saku  baju yang berbeda.
d)       Mengambil 2 biji kancing genetika secara bersamaan tanpa dilihat lalu diletakkan diatas meja.
e)        Melihat hasilnya.
f)         Mengulangi proses 10 kali hingga mendapatkan data 10 tabel pengamatan.
2.      Persilangan Dihibrid
a)        Menyiapkan alat dan bahan.
b)        Mengambil kancing berwarna merah sebanyak 9 biji, warna hitam   biji, warna putih   biji, dan warna hijau    biji.
c)        Kemudian semua kancing genetika dimasukkan kedalam saku baju secara bersamaan lalu dikocok agar tercampur.
d)       Memasukkan tangan kedalam saku baju lalu mengambil kancing genetika sebanyak 2 biji secara bersamaan dan meletakka diatas meja.
e)        Melihat hasilnya dan melakukannya sebanyak 16 kali pengambilan.




Diagram Alir Percobaan

Alat dan Bahan
 
                      


 


Kancing Genetika








Masukkan kedalam 2 saku baju yang berbeda
 






Pengambilan secara acak
 






Mencatat Hasil Pengamatan
 















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1.    Persilangan Monohibrid
a. Tabel   Pengamatan
     Tabel  1:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2

ü   

3
ü   


4


ü   
5


ü   
6

ü   

7
ü   


8

ü   

9
ü   


10


ü   
11


ü   
12
ü   


Frekuensi
4
4
4
     Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi  Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 2015
   

 Tabel 2:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2


ü   
3

ü   

4


ü   
5
ü   


6
ü   


7
ü   


8


ü   
9

ü   

10
ü   


11

ü   

12


ü   
Frekuensi
4
4
4
Sumber :Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas  Islam Negeri Alauddin Makassar 2015

    Tabel 3:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2


ü   
3
ü   


4

ü   

5


ü   
6
ü   


7


ü   
8

ü   

9

ü   

10

ü   

11

ü   

12
ü   


Frekuensi
3
6
3
Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2015

    Tabel 4:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
ü   


2

ü   

3

ü   

4


ü   
5

ü   

6
ü   


7

ü   

8


ü   
9

ü   

10


ü   
11

ü   

12
ü   


Frekuensi
3
6
3
      Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas 
                     Islam Negeri Alauddin Makassar 2015.

                    
    Tabel 5:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
ü   


2

ü   

3

ü   

4

ü   

5


ü   
6

ü   

7

ü   

8


ü   
9
ü   


10

ü   

11

ü   

12

ü   

Frekuensi
2
8
2
      Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                     Islam Negeri Alauddin Makassar 2015

    Tabel 6:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1


ü   
2

ü   

3

ü   

4


ü   
5
ü   


6

ü   

7

ü   

8


ü   
9
ü   


10

ü   

11
ü   


12

ü   

Frekuensi
3
6
3
     Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 2015  

     Tabel 7:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2

ü   

3

ü   

4

ü   

5

ü   

6

ü   

7

ü   

8

ü   

9

ü   

10

ü   

11

ü   

12

ü   

Frekuensi
0
12
0
      Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 2015.



    Tabel 8:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2

ü   

3
ü   


4

ü   

5
ü   


6

ü   

7


ü   
8

ü   

9

ü   

10


ü   
11

ü   

12

ü   

Frekuensi
2
8
2
     Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 2015

    Tabel 9:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2

ü   

3

ü   

4

ü   

5

ü   

6


ü   
7

ü   

8

ü   

9


ü   
10

ü   

11
ü   


12
ü   


Frekuensi
2
8
2
     Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 2015

     Tabel 10:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü   

2

ü   

3


ü   
4

ü   

5
ü   


6


ü   
7
ü   


8



ü   
9
ü   


10

ü   

11
ü   


12


ü   
Frekuensi
4
4
4
      Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                     Islam Negeri Alauddin Makassar 2015


    Tabel Frekuensi:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
4
4
4
2
4
4
4
3
3
6
3
4
3
6
3
5
2
8
2
6
3
6
3
7
0
12
0
8
2
8
2
9
2
8
2
10
4
4
4
Frekuensi
27
66
27
     Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas                                 
                   Islam Negri Alauddin Makassar                 
                                   

     2. Persilangan Dihibrid
 a.Tabel Pengamatan:
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah Hitam
(MB)
Merah Hijau
(Mb)
Putih Hitam
(mB)
Putih Hijau
(mb)
1


ü   

2



ü   
3
ü   




4

ü   


5



ü   
6


ü   

7


ü   

8

ü   


9
ü   



10



ü   
11

ü   


12



ü   
13
ü   



14


ü   

15

ü   


16
ü   



Frekuensi
4
4
4
4
     Sumber : Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
                    Islam Negeri Alauddin Makassar 201.


B.  Analisis Data
1.      Persilangan Monohibrid
Monohibrid  =
  =  
  = 
a.    Merah-Merah (MM)
MM =  x100 % = 22,5 %
b.    Merah-Putih (Mm)
Mm =  x 100 %  = 55 %
c.    Putih-Putih (mm)                    
mm =  x 100 %  =22,5%
Jadi perbandingannya adalah  22,5%  :  55%  :  22,5%
2.      Persilangan Dihibrid
Dihibrid =  
=  
a.         Merah - Hitam (MB)   =   x 100 %  =  25 %
b.        Merah - Hijau (Mb)    =   x 00 %  =  25 %
c.         Putih - Hitam (Mb)     =   x 100 %  =  25 %
d.        Putih - Hijau (mb)      =   x 100 %  =  25 %
Jadi perbandingannya adalah  25%  :  25%  :  25%  :  25%
B. Pembahasan
Persilangan monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda dengan menggunakan kancing sebanyak 24 buah yaitu kancing berwarna merah 12 biji, kancing berwarna putih 12 biji. Dan  kancing berwarna merah-merah (MM), merah putih (Mm) dan putih-putih (mm) dengan perbandingan frekuensi 22,5%  : 50%  :  22,5%.
                 Telah diketahui bahwa ada pasangan gen pada kromosom homolognya yang berpengaruh terhadap suatu sifat. Dari percobaan Monohibrid, dapat dirumuskan bahwa suatu hipotesis bahwa sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara bebas atau dikenal dengan Hukum I Mendel.

                
            Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang menggunakan dua tanda beda atau dua pasangan kromosom yang berbeda. Suatu sifat dari organisme tidak hanya diturunkan melalui satu jenis alel saja, tetapi beberapa sifat juga dapat diturunkan oleh beberapa alel secara bersamaan.
Berdasarkan hasil percobaan dihibrid diperoleh perbadingan dengan persentase 25% : 25% : 25% : 25%. Dari percobaan kedua ini, diketahui bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat dengan sifat yang lainnya sehingga bisa dinamakan hukum pemisahan secara bebas atau disebut Hukum II Mendel. Jika terdapat dua individu berbeda dalam dua sifat atau lebih maka sifat yang satu akan diturunkan tidak bergantung pada pasangan sifat lainnya.
Ciri-ciri persilangan Dihibrid ialah, Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda, Jumlah Gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n), Fenotip individu ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum),7 sifat kontras yang dimiliki ercis.
 Persilangan Monohibrid Pada persilangan monohibrid yang diperhatikan hanya satu sifat beda, namun dominasi dari sifat gen sangat menentukan untuk kemunculan sifat pada setiap individu (fenotip). Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan tentang istilah-istilah dalam persilangan, ciri-ciri dari persilangan monohibrid dominan-resesif dan intermedier, macam-macam gamet, dan bagaimana proses persilangan monohibrid seperti yang dilakukan oleh Mendel sehingga diperoleh prinsip-prinsip dalam persila
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Persilangan dihibrid Berbeda dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda, Sedangakan persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua sifat beda.
Berdasarkan percobaan pada persilangan Monohibrid telah diperoleh keturunan dengan perbandingan 22,5% : 50% : 22,5%. Persilangan Monohibrid terpaut pada hukum Mandel I yang mengatakan bahwa sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara bebas.
Sedangkan pada percobaan Dihibrid diperoleh hasil dengan perbandingan persentaese 25% : 25% : 25% : 25%. Persilangan Dihibrid terpaut dengan Hukum Mandel II yang mngatakan bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat dengan sifat yang lainnya.
B. Saran
Sebaiknya bahan praktikum tidak hanya menggunakan kancing saja, tetapi bisa langsung mengawin silangkan tanaman yang asli, agar mahasiswa benar-benar memahami persilangan dybibrid dan monohibrid.




DAFTAR PUSTAKA

Cindy, 2012. Biologi Dasar. http://justcindy2/wardpress.com ( 14 oktober 2014).
Pratiwi, dkk. 20014. Pewarisan Sifat. Jakarta: Erlangga.
Sugiri, 2012. Biologi Dasar. Bogor: Tiga Serangkai.
Tim Dosen, 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Makassar: UIN Alauddin
 Makassar.
Winarni, susi. 2013. Pewarisan Sifat. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
Zaifbio, 2010. biologi online blog pendidikan biologi. http:// Pewarisan Sifat-
            biologi-online.html. diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar